Pages

Friday, July 25, 2008

Bangku kosong

Alkisah si sebuah kota yang ramai dan modern di negara tetangga, tinggallah seorang gadis yang menjalani kehidupan secara normal seperti yang di jalani oleh keluarga dan kerabat dekatnya. Dia mungkin tidak pernah mengetahui begitu gemerlapnya kota yang dia tinggali karena bagi dia itu semua tidaklah penting, yang penting adalah sebuah harapan atau cita-cita yang ada di dalam hati nya yang teramat dalam sekali untuk bisa pergi dari kota yang sangat ia cintai dan banggakan.
Ia tidak pernah menceritakan harapan-harapannya itu kepada siapa pun, kecuali dalam setiap doa-doa selalu dia sebut di antara doa-doa yang lain. Walaupun harapan itu selalu berada di urutan terakhir.

“……..dan Tuhan aq hanya berharap kepadaMu. Berikan lah aq seseorang yang bisa membantu ku untuk mewujudkan semua harapan qu itu, karena aq ingin merasakan kehidupan yang lain, kehidupan yang berbeda dari mereka.” Ia hanya bisa berharap.

Bekerja, mencari ilmu, memberikan sedikit apa yang telah ia dapat dari kecil tentang ilmu agama kepada anak-anak, belajar melatih diri tenteng kesabaran dan keinginan-keinginan yang hampir tidak ada manfaatnya dengan menjalani hidup berbagi dengan sebuah amanah orang lain yang di titipkan kepadanya.

Tiba-tiba ada sebuah tanda bahwa mungkin saja keinginan yang selama ini ia harapkan dapat terwujud. Ditempat ia bekerja datanglah seseorang yang sangat berbeda dengan yang biasa ia kenal, dia seperti datang dari dunia lain. Cerita-ceritanya, kisah hidupnya, cara dia memandang kehidupan dan semangatnya dalam mempelajari hal-hal yang baru. Bagi gadis itu semuanya sungguh merupakan hal yang sangat asing dan menarik. Gadis itu mencoba untuk mengerti arti hadirnya orang baru (dalam segala hal) di tempat ia bekerja.

Di bangku itu, dalam jarak yang tidak lebih dari 2 meter. Ada sesosok yang selalu membuat hatinya penasaran dan berdebar.

Di bangku itu, ada sesosok yang di waktu malam menjadi teman setia dalam bercerita.
Di bangku itu, ada sesosok yang di waktu siang bagaikan orang asing yang sibuk dengan kehidupanya di dunia lain.
Di bangku itu, di antara ada dan tiada.

“ Aq tidak sanggup mengubah yang telah lalu, sebagaimana aq tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Lalu mengapa aq harus menyesal dan gelisah?” hati gadis itu berkata.

Dan pertanyaan gadis itu telah di jawab oleh penghuni bangku itu. Tapi kini bagku itu kosong. Ia akan pergi jauh meninggalkan gadis itu untuk mewujudkan cita-cita, harapan-harapan dan masa depan yang sekarang menjadi milik meraka. Ia berpesan untuk menjaga hatinya yang tertinggal di kota yang ramai dan gemerlap itu. Gadis itu berusaha untuk bertahan dan kembali belajar untuk bersabar.

Setiap ia melihat bangku kosong itu hati kecilnya selalu berkata.” Kita bertemu karena Tuhan, dan kita berpisah pun karena Tuhan.”

Sosok di bangku itu tidak mau gadis itu hanya menjadi kenangan. Gadis itu adalah hidupnya. Tapi setiap manusia bisa berubah…

Dan satu hal yang pasti, saat ini gadis itu merindukan sosok di bangku kosong itu…

6 comments:

Anonymous said...

wuuu, co cuiit. tapi aku ga yakin ini kisahmu. btw kok blogmu ga ada profil pemiliknya? dibuat dong.

Anonymous said...

Antara ada dan tiada tetapi nyata. Mungkin jalan hidup tak sesuai dengan harapan, tapi ketika harus ditempuh ketiadaan itu bisa jadi ada.
Siapa pemilik bangku itu, seharusnya dia bahagia. Andai dia tahu...

Anonymous said...

hhmm.. Ic
asalkan saling percaya bagiku ngga jadi masalah..

btw, emang aku ngga merubah hidup mu ya?
*narsisnya tetep* [lol]

Anonymous said...

curiga pengalaman pribadi nich dai :P
yah semoga aja nanti dipertemukan kembali

Anonymous said...

Seperti saya merindukan seorang perempuan di atap tengah malam....

Anonymous said...

seperti aq yang merindukan apa yang tidak pernah kurindukan atau apa yang tidak pernah kualami atau hayal dan impian yang hanya bisa ku pikirkan tanpa bisa aku rasakan yang setiap malam selalu melihat langit berharap bisa melihat setiap hayal dan impian menjadi kenyataan

Post a Comment