Pages

Friday, November 21, 2008

Salam Kerinduan

Seuntai kasih sirami Qalbu menyejukan jiwa,tersirat senyum tulus kebahagiaan membagi kedamaian di setiap insan.

Ingin qu menangis tapi qu tak mampu seakan qu sendiri yang mengalami ,betapa naifnya diri ini …..tak sadarkah bahwa kau bukan seorang yg dpt melakukan sgalanya….kau hanya insan biasa,wahai jiwa terbangunlah dalam mimpi yang gelap kembalilah kepada sinar terang..jemputlah kebahagiaan mu…kau membutuhkannya,kau memerlukannya …kau mampu …pasti bisa melaluinya...

Keresahan,kegelisahan,kesunyian yg terasa hanyalah gambaran Jiwa yang gersang yang menyungingkan senyum kesinisan……qu tak ingin melihat itu dlm dirimu ..qu tau siapa kamu…bagaimana kamu..karena qu adalah bagian dari dirimu..dari hidupmu…qku Jeritan Jiwa mu yang lelah akan permasalahan mu yg aq tahu bahwa kamu mampu menyelesaikannya tp kenapa kau tak mau bangkit….Aq Rindu akan senyum Indahmu….Satu hal lagi jangan pernah berharap kepada Makhluknya tapi berharaplah kepada Penciptanya.

Doaqu menyertai disetiap langkah mu…

Yang hilang kan terganti

Ranting yang rapuh itu mati sebelum sempat untuk mencabutnya unttuk membiarkan ranting yang baru tumbuh. Padahal aq sedang berusaha untuk tetap mempertahankannya. Mempertahankan apa yang akan membawa perubahan yang sangat besar. Tentu saja berharap kearah yang lebih baik. Tidak hanya berharap tapi berusaha untuk mewujudkannya pun telah di lakukan walaupun harus melepaskan arti sebuah kehadiran, yang menurutqu, apa arti sebuah kehadiran tetapi jiwa dan fikiran berada di tempat lain. Berada di tempat yangn membuatnya lebih nyaman, menjadi diri sendiri. Sungguh dia orang yang aq sayangi, arti kehadiran, perasaan cemburu yang tidak beralasan, berfikir positif, bertahan dan besabar. Semua itu merupakan sebuah pelajaran yang sangat berharga.

Eleannor Roosevelt pernah mengatakan”Tak seorangpun dapat menyakiti anda tanpa persetujuan anda” atau kata-kata Gandhi”Mereka tidak dapat merenggut harga diri kita jika kita tidak memberikannya kepada mereka”. Aq akui bahwa sangat sulit sekali menerima apa yang sedang aq rasakan secara emosional saat itu. Pada kenyataannya adalah semua perasaan itu ada karena aq sendiri yang telah membuatnya, mengizinkannya untuk hadir, persetujuan qu atas apa yang terjadi pada diriqu sendiri inilah yang menyakitiqu lebih jauh, lebih besar daripada apa yang sebenarnya terjadi terhadap diriqu.