
Ia tidak pernah menceritakan harapan-harapannya itu kepada siapa pun, kecuali dalam setiap doa-doa selalu dia sebut di antara doa-doa yang lain. Walaupun harapan itu selalu berada di urutan terakhir.
“……..dan Tuhan aq hanya berharap kepadaMu. Berikan lah aq seseorang yang bisa membantu ku untuk mewujudkan semua harapan qu itu, karena aq ingin merasakan kehidupan yang lain, kehidupan yang berbeda dari mereka.” Ia hanya bisa berharap.
Bekerja, mencari ilmu, memberikan sedikit apa yang telah ia dapat dari kecil tentang ilmu agama kepada anak-anak, belajar melatih diri tenteng kesabaran dan keinginan-keinginan yang hampir tidak ada manfaatnya dengan menjalani hidup berbagi dengan sebuah amanah orang lain yang di titipkan kepadanya.
Tiba-tiba ada sebuah tanda bahwa mungkin saja keinginan yang selama ini ia harapkan dapat terwujud. Ditempat ia bekerja datanglah seseorang yang sangat berbeda dengan yang biasa ia kenal, dia seperti datang dari dunia lain. Cerita-ceritanya, kisah hidupnya, cara dia memandang kehidupan dan semangatnya dalam mempelajari hal-hal yang baru. Bagi gadis itu semuanya sungguh merupakan hal yang sangat asing dan menarik. Gadis itu mencoba untuk mengerti arti hadirnya orang baru (dalam segala hal) di tempat ia bekerja.
Di bangku itu, dalam jarak yang tidak lebih dari 2 meter. Ada sesosok yang selalu membuat hatinya penasaran dan berdebar.
Di bangku itu, ada sesosok yang di waktu malam menjadi teman setia dalam bercerita.
Di bangku itu, ada sesosok yang di waktu siang bagaikan orang asing yang sibuk dengan kehidupanya di dunia lain.
Di bangku itu, di antara ada dan tiada.
“ Aq tidak sanggup mengubah yang telah lalu, sebagaimana aq tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Lalu mengapa aq harus menyesal dan gelisah?” hati gadis itu berkata.
Dan pertanyaan gadis itu telah di jawab oleh penghuni bangku itu. Tapi kini bagku itu kosong. Ia akan pergi jauh meninggalkan gadis itu untuk mewujudkan cita-cita, harapan-harapan dan masa depan yang sekarang menjadi milik meraka. Ia berpesan untuk menjaga hatinya yang tertinggal di kota yang ramai dan gemerlap itu. Gadis itu berusaha untuk bertahan dan kembali belajar untuk bersabar.
Setiap ia melihat bangku kosong itu hati kecilnya selalu berkata.” Kita bertemu karena Tuhan, dan kita berpisah pun karena Tuhan.”
Sosok di bangku itu tidak mau gadis itu hanya menjadi kenangan. Gadis itu adalah hidupnya. Tapi setiap manusia bisa berubah…
Dan satu hal yang pasti, saat ini gadis itu merindukan sosok di bangku kosong itu…